Berkomunikasi Dengan Janin. Mungkinkah ?

 Mungkin sebagian orang bertanya mungkinkah untuk  Berkomunikasi Dengan Janin. Mungkinkah ?
Mungkin sebagian orang bertanya mungkinkah untuk berkomunikasi dengan janin? Apa janin sudah bisa mengerti? Bagaimana caranya?

Komunikasi dengan janin memang sangat penting. Melalui komunikasi itulah, janin akan semakin mengenali siapa ibunya. Hubungan batin antara ibu dengan calon anaknya itu sanggup terbentuk semakin dalam melalui komunikasi yang dilakukan semenjak dini ini. Hal ini juga dinyatakan oleh Dr. David Chamberlain, pengarang buku The Mind of Your Newborn Baby. Ia menyampaikan, ketika ibu sanggup membangun hubungan dengan janin dalam kandungannya, kelak akan bisa memperbaiki emosional alamiah dari janin itu sendiri. Ini juga kelak akan sanggup mempengaruhi kecerdasan bayi.

Dengan demikian ada banyak manfaat berkomunikasi dengan janin, baik bagi si janin maupun ibunya. Bagi janin, komunikasi yang terjalin antara ibu dengan janinnya akan membuat kedalaman hubungan emosional antara ibu dengan janin. Janin akan merasa nyaman dan damai di dalam kandungan dengan mendengarkan bunyi ibunya, serta mencicipi sentuhan kasih sayang dan emosi ibunya. Hal ini akan sangat kuat pada pembentukan karakternya ketika ia besar nanti. Sebagai contoh, ibu yang selalu cemas akan melahirkan anak yang sering cemas pula. Sedangkan ibu yang bahagia, emosinya stabil, sering bernyanyi dan bercerita untuk janinnya, akan melahirkan anak dengan emosi yang juga lebih stabil dan gampang diasuh.

Sementara bagi ibu, melalui komunikasi yang dilakukan, ibu mengajarkan untuk mencintai anaknya dengan tulus, mendapatkan apa adanya bahkan semenjak sebelum terbentuk menjadi individu yang utuh. Hal ini penting dimiliki supaya ibu tidak mengalami baby blues kelak, apalagi hingga mengalami depresi pasca melahirkan. Selain itu, ibu juga diajarkan untuk peka terhadap kebutuhan anaknya, menyerupai ketika janin bergerak-gerak, melonjak, atau menendang-nendang. Kelak sesudah anak lahir, hubungan antara ibu dan anak akan terlihat lebih akrab dan intim. Ibu pun akan mempunyai kepekaan atau naluri keibuan yang lebih mendalam pada apa yang terjadi dengan anak-anaknya.

 

 

3 Hal Penting Dalam Berkomunikasi Dengan Janin



 Mungkin sebagian orang bertanya mungkinkah untuk  Berkomunikasi Dengan Janin. Mungkinkah ?
Sedikitnya ada 3 hal penting yang perlu diperhatikan oleh Ayah dan Ibu dalam menjalin komunikasi dengan janin.
  1. Hindari Menggunakan Kata-Kata Yang Bersifat Negatif. Kata yang bersifat negatif, menyerupai “jangan” atau “tidak”, sebaiknya tidak digunakan. Janin belum mempunyai pikiran sadar, ia belum bisa memahami kalimat yang disampaikan oleh orangtua-nya secara utuh. Saat orangtua mengatakan, “Nak, nanti kau jangan pembangkang ya”, maka yang ditangkap oleh janin, besar kemungkinan hanya kata “nakal”. Akibatnya, sesudah lahir dan tumbuh menjadi anak yang lebih besar, ia sanggup tumbuh dengan perasaan negatif terhadap dirinya, yakni anak yang nakal. Oleh lantaran itu, ubahlah kalimat menjadi, “Nak, tumbuhlah besar menjadi anak yang baik, penurut, dan sayang Ayah Ibu ya”.
  2. Jaga Kestabilan Emosi Ibu. Janin juga sanggup mencicipi segala bentuk emosi, baik emosi positif maupun negatif, yang dirasakan oleh ibunya. Oleh lantaran itu, ibu perlu menjaga kestabilan emosinya; relaks dan bahagialah dalam menjalani kehamilan ini. Ayah bertugas membantu Ibu menetralkan suasana hatinya, menjaganya tetap bahagia, dan tidak stres.
    Ini terbukti dengan klien dewasa yang tiba ke Personal Growth untuk melaksanakan tes minat bakat. Dalam mengerjakan tes, juga dari hasil tes, sangat terlihat anak ini mengalami kecemasan. Setelah ditelusuri melalui anamnesis dengan sang Ibu, tidak ada yang kurang dari gaya pengasuhan selama ini. Namun Ibunya mengaku ketika mengetahui dirinya hamil, ia belum siap dengan kehamilannya. Pada ketika itu, ia juga sedang mempunyai duduk kasus dengan suami. Akibatnya, dirinya sering kali merasa tegang, khawatir, cemas, dan sedih. Emosi-emosi inilah yang kemudian tampak pada anak remajanya ketika ini.
  3. Ibu Harus Peka Terhadap Gerakan-Gerakan Yang Dilakukan Janin. Janin merespons terhadap segala bentuk komunikasi yang dilakukan orangtuanya melalui gerakan. Ada janin yang menendang-nendang ketika Ibunya mengajak berbicara atau bernyanyi untuknya. Inilah bentuk emosi senang yang dirasakan si janin. Jika ini terjadi, ibu sanggup lebih sering berbicara atau bernyanyi untuknya. Dengan demikian, janin pun akan semakin merasa nyaman dan bahagia.
    Ada pula tiba-tiba mencicipi perutnya sangat sakit ketika berada di tengah keramaian dengan bunyi gaduh di sekitarnya. Hal ini memberikan janin berupaya merespons bahwa ia tidak merasa nyaman dengan suasana yang ada. Sebaiknya Ibu menghindari lingkungan itu, kalau memang janin tidak menginginkannya.

 

 

Berkomunikasi Dengan Janin Melalui Self-Hypnosis

 

 Mungkin sebagian orang bertanya mungkinkah untuk  Berkomunikasi Dengan Janin. Mungkinkah ?
Komunikasi dengan janin melalui self-hypnosis, ibu masuk ke alam bawah sadarnya dan berbicara dengan janin. Jika Ibu peka, Ibu sanggup mencicipi janin turut bercerita dengan ibunya. Mengapa harus masuk kedalam kondisi hipnosis? Karena janin belum sanggup memilki pikiran sadar. Semua yang didengar dan dirasakan janin akan diserapnya secara utuh, tanpa disaring terlebih dahulu, dan disimpannya di alam bawah sadar. Untuk itu, seolah ingin mendengarkan radio, Ibu perlu mencari frekuensi yang sesuai terlebih dahulu untuk mendengarkan kanal yang diinginkannya. Ibu perlu menurunkan gelombang otaknya hingga memasuki gelombang Alfa yang merupakan gerbang antara pikiran sadar dan pikiran tidak sadar, sehingga komunikasi dengan janin pun sanggup berlangsung. Akan tetapi, untuk melaksanakan self-hypnosis ini, Ibu perlu mendapatkan pengarahan khusus terlebih dahulu dari hipnoterapis sebelum kesudahannya bisa melakukannya secara berdikari di rumah.

 

 

Lakukan Komunikasi Dengan Janin Sejak Minggu Ke-5

 

 Mungkin sebagian orang bertanya mungkinkah untuk  Berkomunikasi Dengan Janin. Mungkinkah ?
Janin sanggup diajak berkomunikasi semenjak ia mulai bermetamorfosis embrio, yakni sekitar ahad ke-5, ketika organ-organ tubuhnya mulai terbentuk, menyerupai jantung, tulang belakang, sistem saraf pusat, pembuluh darah, dan sebagainya. Dengan berkembangnya organ-organ ini, artinya janin telah menjadi makhluk bernyawa dan mulai sanggup mencicipi apa yang dirasakan oleh ibunya. Dengan demikian ibu perlu berhati-hati dan menjaga kestabilan emosinya. Apa pun emosi yang dirasakan oleh ibu sanggup dirasakan pula oleh janin di dalam kandungan. Kelak ini juga sanggup kuat terhadap perkembangan sosial emosi si anak hingga ia tumbuh besar kelak.

Seiring dengan bertambahnya usia janin, komunikasi perlu lebih sering dilakukan. Saat usia 2 bulan, misal ketika janin mulai sanggup mendengar dan mulai melaksanakan gerakan pertamanya, orang bau tanah hendaknya sanggup sering-sering mengajak janin mengobrol. Meski komunikasi yang dilakukan bersifat satu arah, namun janin sudah bisa mendengar suara-suara dari luar, termasuk bunyi orang tua-nya. Janin juga sanggup mencicipi ketenangan ketika ibu membelai-belai lembut perutnya.

Untuk melaksanakan komunikasi dengan janin ini memang tidak ada pedoman, idealnya dilakukan beberapa kali dalam sehari. Pelaksanaannya kira-kira sama menyerupai orangtua yang mengobrol dengan anak-anaknya, tidak ada jadwal atau hitungan khusus, kapan boleh dan kapan dilarang mengobrol. Kapan pun ibu menginginkannya, ibu sanggup melakukannya.

Komunikasi atau ngobrol dengan janin tidak hanya sanggup dilakukan dengan melalui ucapan ataupun perkataan. Belaian, sentuhan, bersenandung, bernyanyi, berdoa dengan bunyi yang dikeraskan, semua itu sanggup merupakan bentuk komunikasi ibu dengan anaknya. Ayah pun perlu melaksanakan komunikasi dengan calon bayinya melalui cara yang sama menyerupai yang dilakukan ibu.

Yang perlu dipahami, janin belum memilki pikiran sadar. Ia belum bisa melaksanakan filter terhadap apa yang didengar dan dirasakannya. Semua bentuk sentuhan, suara, cahaya, ataupun emosi yang diterima, ia serap secara utuh dan eksklusif disimpannya di dalam pikirannya, yang kemudian sesudah lahir, pengalaman-pengalaman ini akan tersimpan di pikiran bawah sadar. Oleh alasannya yaitu itu, Ayah dan Ibu perlu berhati-hati terhadap segala bentuk sentuhan, suara, maupun emosi yang bersifat negatif. Janin akan mencicipi sakit kalau ibunya mengalami kesakitan fisik. Janin pun akan terganggu kalau mendengar suara-suara gaduh dari luar. Itulah mengapa, para hebat lebih menyarankan janin diperdengarkan musik klasik dibanding musik lainnya, supaya janin menjadi lebih damai dan nyaman.

Mulai sekarang, ibu hamil tidak perlu lagi ragu untuk mengobrol dengan si buah hati di dalam kandungan. Jika anda membutuhkan gosip lebih lanjut mengenai duduk kasus seputar ibu hamil, silahkan kunjungi situs berikut ini ... PANDUAN LENGKAP UNTUK IBU HAMIL.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ketika Janin Belum Masuk Ke Rongga Panggul Di Simpulan Era Kehamilan

Cara Menikmati Kehamilan

Mengejan Yang Baik Ketika Melahirkan